Domba
Garut
Domba Garut mangrupa
salasahiji jenis domba nu asalna ti daérah Garut perenahna
ti kacamatan Limbangan nu tuluy sumebar ka
sakuliah Jawa Barat ogé ka
sakuliah nusantara.[1][2] Tagogna
kacida gagah tur pinuh ku wawanén tapi katingalina mah kalem.[1] Alatan
éta ogé, domba Garut lolobana dijadikeun domba adu daripada domba angonan.[3] Domba
Garut nu geus gede hargana bisa kana puluhan juta nepi ka ratusan juta lantaran
nepi ka kiwari domba Garut masih kénéh jadi domba unggul dibandingkeun domba
lianna .[3] Domba
nu kasohor ku masarakat ku sebutan domba Garut ieu, katelah ogé ku sebutan
domba Priangan.[4]
sejarah
Seni adu domba Garut merupakan atraksi wisata yang biasa
kita saksikan pada acara tertentu khususnya pada bulan Juni, Agustus dan
Desember di Desa Ngamplang, Cangkuang dan Ranca Bango Kabupaten Garut. Acara
pertarungan domba Garut biasanya diiringi dengan berbagai atraksi musik
kesenian tradisional yang menggunakan sound system besar dan dihadiri oleh
masyarakat pecinta ketangkasan adu domba Garut dari berbagai lapisan masyarakat
dan penjuru daerah di luar Garut.
Menurut cerita, sejarah domba Garut berawal dari masa
pemerintahan Bupati Suryakanta Legawa sekitar tahun 1815-1829, beliau sering
berkunjung ke teman satu perguruannya bernama Haji Saleh yang mempunyai banyak
domba. Salah satu domba yang dipunyainya (si Lenjang) diminta oleh bupati untuk
dikawinkan dengan domba yang ada di Pendopo kabupten yang bernama si Dewa. Si
Toblo, yang merupakan anak dari si Dewa dan si Lenjang beranak-pinak dan
menghasilkan keturunan domba Garut sampai saat sekarang.
Domba Garut mempunyai karakteristik yang khas dari
domba-domba yang ada di daerah luar Garut . Fisik yang kekar dengan berat
sekitar 60-80 Kg, tanduk baplang, warna bulu kebanyakan putih dan telinga
ngagiri,. menjadi salah satu cirri dominan dari domba-domba yang ada.
Perkembangan selanjutnya dari pemeliharaan domba garut mengarah pada dua
sasaran utama, yaitu sebagai penghasil daging dan untuk kesenangan atau hobi.
Ciri cri
Awakna rada gedé. Domba jalu nu geus kolot ngabogaan beurat
antara 60-80 kilo, sedengkeun domba bikang ngabogaan beurat 30-40 kilo.
Tanduk domba jalu kawilang gedé, melengkung ka tukang nu
tungtung tandukna malik ka hareup, siga spiral. Tanduk kenca jeung katuhu ampir
ngahiji
Domba bikang teu ngabogaan tanduk.
Buntutna pondok sarta rada gedé.
Beuheungna rada kuat.
Wangun ceulina rada panjang, pondok jeung sumedeng nu aya
dina pangkal tanduk
Buluna leuwih panjang jeung lemes dibandingkeun jeung domba
asli, warnana bodas, hideung, coklat atawa upa-rupa.
Domba Garut alus pikeun jadi produsen daging. [4]
Teknologi yang
dibutuhkan untuk memelihara Domba Garut, baik usaha peternakan maupun usaha
penggemukan sangat sederhana, meliputi penentuan lokasi, perkandangan dan
perlengkapan. Penentuan lokasi peternakan domba perlu memperhatikan dan
mempertimbangkan faktor lingkungan, sumber daya alam, faktor sosial, faktor
ekonomi dan faktor hukum yang mendukung pembudidayaan domba itu sendiri.
Kebijakan Pemda Kabupaten Garut telah menetapkan lokasi peternakan Domba Garut
yang meliputi Kecamatan Wanaraja, Kecamatan Banyuresmi, Kecamatan Singajaya,
Kecamatan Banjarwangi, Kecamatan Cikajang, Kecamatan Bungbulang, dan Kecamatan
Cisewu sebagai sentra produksi domba pedaging. Meskipun belum ada data spesifik
terhadap populasi domba Garut, dapat dijelaskan bahwa
Catur Bangga Domba Garut
Ules Beungeut : Kasep, ngamenak dan ngaules
Mata : Kupa
Telinga : Rumpung, rumpung sapotong, ngadaun hiris dan
ngadaun nangka saeutik
Tanduk : Nagbendo, golong tambang, setengah gayor, gayor,
leang-leang sogong
Kualitas Tanduk : Poslen, waja, beusi, gebog
Warna Bulu : Sambung, riben sebak, belang sapi, macan,
jog-jog, laken, baracak, monyet, kunyuk,
Lunglum, perak, bodas apu, jogja dan riben mencenges
Ekor : Ngabuntut beurit, ngabuntut bagong dan ngadaun waru
Kanjut/ Scrotum : Laer, ngarandu dan ngajantung
Kaki : Mancuh, kuda, regang waru, meureup ucing.
ISTILAH KHUSUS DOMBA GARUT
Adeg-adeg : Kesesuaian postur tubuh mulai dari badan sampai
kaki atau bentuk umum performa fisik yang dinilai dari fostur (kekokohan badan,
leher dan kepala), jingjingan (bentuk, ukuran dan
letak tanduk), ules (bentuk di raut muka).
Baracak : Kombinasi warna kulit domba dengan dominasi hitam
atau abu-abu dan bercak-bercak kecil putih Yang tidak teratur pada sekujur atau
sebagian tubuhnya.
Baralak : Jenis bulu domba yang mirip dengan bercak yang
ukurannya lebih besar.
ISTILAH KHUSUS DOMBA GARUT
Adeg-adeg : Kesesuaian postur tubuh mulai dari badan sampai
kaki atau bentuk umum performa fisik yang dinilai dari fostur (kekokohan badan,
leher dan kepala), jingjingan (bentuk, ukuran dan
letak tanduk), ules (bentuk di raut muka).
Baracak : Kombinasi warna kulit domba dengan dominasi hitam
atau abu-abu dan bercak-bercak kecil putih Yang tidak teratur pada sekujur atau
sebagian tubuhnya.
Baralak : Jenis bulu domba yang mirip dengan bercak yang
ukurannya lebih besar.
Penyiapan Sarana dan Peralatan
Perkandangan
Kandang harus kuat sehingga dapat dipakai dalam waktu yang
lama, ukuran sesua dengan jumlah ternak, bersih, memperoleh sinar matahari pagi,
ventilasi kandang harus cukup dan terletak lebih tinggi dari lingkungan
sekitarnya agar tidak kebanjiran. Atap kandang diusahakan dari bahan yang
ringan dan memiliki daya serap panas yang relatif kecil, misalnya dari atap
rumbia.Kandang dibagi menjadi beberapa bagian sesuai fungsinya, yaitu:
Kandang induk/utama, tempat domba digemukkan. Satu ekor
domba membutuhkan luas kandang 1 x 1 m.
Kandang induk dan anaknya, tempat induk yang sedang menyusui
anaknya selama 3 bulan. Seekor induk domba memerlukan luas 1,5 x 1 m dan anak
domba memerlukan luas 0,75 x 1 m.
Kandang pejantan, tempat domba jantan yang akan digunakan
sebagai pemacak seluas 2 x 1,5 m/pemancak. Di dalam kandang domba sebaiknya
terdapat tempat makan, palung makanan dan minuman, gudang makanan, tempat
umbaran (tempat domba saat kandang dibersihkan) dan tempat kotoran/kompos.
Tipe dan model kandang pada hakikatnya dapat dibedakan dalam
2 tipe, yaitu:
Tipe kandang Panggung
Tipe kandang ini memiliki kolong yang bermanfaat sebagai
penampung kotoran. Kolong digali dan dibuat lebih rendah daripada permukaan
tanah sehingga kotoran dan air kencingnya tidak berceceran. Alas kandang
terbuat dari kayu/bambu yang telah diawetkan, Tinggi panggung dari tanah dibuat
minimal 50 cm/2 m untuk peternakan besar. Palung makanan harus dibuat rapat,
agar bahan makanan yang diberikan tidak tercecer keluar.
Tipe kandang Lemprak
Kandang tipe ini pada umumnya digunakan untuk usaha ternak
domba kereman. Kandang lemprak tidak dilengkapi dengan alas kayu, tetapi ternak
beralasan kotoran dan sisa-sisa hijauan pakan. Kandang tidak dilengkapi dengan
palung makanan, tetapi keranjang rumput yang
diletakkan diatas alas. Pemberian pakan sengaja berlebihan,
agar dapat hasil kotoran yang banyak. Kotoran akan dibongkar setelah sekitar 1-6
bulan.
Penyiapan Bibit
Domba yang unggul adalah domba yang sehat dan tidak
terserang oleh hama penyakit, berasal dari bangsa domba yang persentase
kelahiran dan kesuburan tinggi, serta kecepatan tumbuh dan persentase karkas
yang baik. Dengan demikian keberhasilan usaha ternak domba tidak bisa
dipisahkan dengan pemilihan induk/pejantan yang memiliki sifat-sifat yang baik.
Pemilihan Bibit dan Calon Induk
Calon Induk: berumur 1,5-2 tahun, tidak cacat, bentuk perut
normal, telinga kecil hingga sedang, bulu halus, roman muka baik dan memiliki
nafsu kawin besar dan ekor normal.
Calon Pejantan: berumur 1,5-2 tahun, sehat dan tidak cacat,
badan normal dan keturunan dari induk yang melahirkan anak 2 ekor/lebih,
tonjolan tulang pada kaki besar dan mempunyai buah zakar yang sama besar serta
kelaminnya dapat bereaksi, mempunyai gerakan yang lincah, roman muka baik dan
tingkat pertumbuhan relatif cepat.
Reproduksi dan Perkawinan
Hal yang harus di ketahui oleh para peternak dalam
pengelolaan reproduksi adalah pengaturan perkawinan yang terencana dan tepat
waktu.
Dewasa Kelamin, yaitu saat ternak domba memasuki masa birahi
yang pertama kali dan siap melaksanakan proses reproduksi. Fase ini dicapai
pada saat domba berumur 6-8 bulan, baik pada yang jantan maupun yang betina.
Dewasa tubuh, yaitu masa domba jantan dan betina siap untuk
dikawinkan. Masa ini dicapai pada umur 10-12 bulan pada betina dan 12 bulan
pada jantan. Perkawinan akan berhasil apabila domba betina dalam keadaan
birahi.
Proses Kelahiran
Lama kebuntingan bagi domba adalah 150 hari (5 bulan).
Menjelang kelahiran anak domba, kandang harus bersih dan diberi alas yang
kering. Bahan untuk alas kandang dapat berupa karung goni/jerami kering. Obat
yang perlu dipersiapkan adalah jodium untuk dioleskan pada bekas potongan tali
pusar. Induk domba yang akan melahirkan dapat diketahui melalui perubahan fisik
dan perilakunya sebagai berikut:
Keadaan perut menurun dan pinggul mengendur.
Buah susu membesar dan puting susu terisi penuh.
Alat kelamin membengkak, berwarna kemerah-merahan dan
lembab.
Ternak selalu gelisah dan nafsu makan berkurang.
Sering kencing.
Proses kelahiran berlangsung 15-30 menit, jika 45 menit
setelah ketuban pecah, anak domba belum lahir, kelahiran perlu dibantu. Anak
domba yang baru lahir dibersihkan dengan menggunakan lap kering agar dapat
bernafas. Biasanya induk domba akan menjilati anaknya hingga kering dan bersih.
Pemeliharaan
Sanitasi dan Tindakan Preventif
Sanitasi lingkungan dapat dilakukan dengan membersihkan
kandang dan peralatan dari sarang serangga dan hama. kandang terutama tempat
pakan dan tempat minum dicuci dan dikeringkan setiap hari. Perlu dilakukan
pembersihan rumput liar di sekitar kandang. Kandang ternak dibersihkan seminggu
sekali.
Pengontrolan Penyakit
Domba yang terserang penyakit dapat segera diobati dan
dipisahkan dari yang sehat. Lakukan pencegahan dengan menyuntikan vaksinasi
pada domba-domba yang sehat.
Perawatan Ternak
Induk bunting diberi makanan yang baik dan teratur, ruang
gerak yang lapang dan dipisahkan dari domba lainnya. induk yang baru melahirkan
diberi minum dan makanan hijauan yang telah dicampurkan dengan makanan penguat
lainnya. Selain itu, induk domba harus dimandikan. Anak domba (Cempe) yang baru
dilahirkan, dibersihkan dan diberi makanan yang terseleksi. Cempe yang disapih
perlu diperhatikan. pakan yang berkualitas
dalam bentuk bubur tidak lebih dari 0,20 kg satu kali
sehari.
Perawatan ternak dewasa meliputi:
Memandikan ternak secara rutin minimal seminggu sekali.
dengan cara disikat dan disabuni. pada pagi hari, kemudian dijemur dibawah
sinar
matahari pagi.
Mencukur Bulu
Pencukuran bulu domba dengan gunting biasa/cukur ini.
dilakukan minimal 6 bulan sekali dan disisakan guntingan bulu setebal kira-kira
0,5 cm. Sebelumnya domba dimandikan sehingga bulu yang dihasilkan dapat
dijadikan bahan tekstil. Keempat kaki domba diikat agar tidak lari pada saat
dicukur. Pencukuran dimulai dari bagian perut kedepan dan searah dengan
punggung domba.
Merawat dan Memotong Kuku
Pemotongan kuku domba dipotong 4 bulan sekali dengan golok,
pahat kayu, pisau rantan, pisau kuku atau gunting.
Pemberian Pakan
Zat gizi makanan yang diperlukan oleh ternak domba dan
mutlak harus tersedia dalam jumlah yang cukup adalah karbohidrat, lemak,
protein, vitamin, mineral dan air. Bahan pakan untuk domba pada umumnya
digolongkan dalam 4 golongan sebagai berikut:
Golongan Rumput-rumputan, seperti rumput gajah, benggala,
brachiaria, raja, meksiko dan rumput alam.
Golongan Kacang-kacangan, seperti daun lamtoro, turi, gamal
daun kacang tanah, daun kacang-kacangan, albisia, kaliandra, gliricidia dan
siratro.
Hasil Limbah Pertanian, seperti daun nangka, daun waru, daun
dadap, daun kembang sepatu, daun pisang, daun jagung, daun ketela pohon,
daun ketela rambat dan daun beringin.
Golongan Makanan Penguat (Konsentrat), seperti dedak, jagung
karing, garam dapur, bungkil kelapa, tepung ikan, bungkil kedelai, ampas tahu,
ampas kecap dan biji kapas.
Pakan untuk domba berupa campuran dari keempat golongan di
atas yang disesuaikan dengan tingkatan umur. Adapun proporsi dari campuran
tersebut adalah:
Ternak dewasa: rumput 75%, daun 25%
Induk bunting: rumput 60%, daun 40%, konsentrat 2-3 gelas
Induk menyusui: rumput 50%, daun 50% dan konsentrat2-3 gelas
Anak sebelum disapih: rumput 50%, daun 50%
Anak lepas sapih: rumput 60%, daun 40% dan konsentrat 0,5–1
gelas
sumber